Sejarah Peradaban Awal Bangsa India
Pusat Peradaban
Peradaban Lembah Sungai Indus berada sepanjang Sungai Indus di
Pakistan sekarang ini. Peradaban Lembah Sungai Indus, 2800 SM–1800 SM,
merupakan sebuah peradaban kuno yang hidup sepanjang Sungai Indus dan Sungai
Ghaggar-Hakra yang sekarang Pakistan dan India barat. Peradaban ini sering juga
disebut sebagai Peradaban Harappan Lembah Indus, karena kota penggalian
pertamanya disebut Harappa, atau juga Peradaban Indus Sarasvati karena Sungai
Sarasvati yang mungkin kering pada akhir 1900 SM. Pemusatan terbesar dari
Lembah Indus berada di timur Indus, dekat wilayah yang dulunya merupakan Sungai
Sarasvati kuno yang pernah mengalir.
Munculnya peradaban Harappa lebih awal dibanding kitab Veda, saat
itu bangsa Arya belum sampai India. Waktunya adalah tahun 2500 sebelum masehi,
bangsa Troya mendirikan kota Harappa dan Mohenjondaro serta kota megah lainnya
didaerah aliran sungai India. Tahun 1500 sebelum masehi, suku Arya baru
menjejakkan kaki di bumi India Kuno.
Asal mula peradaban India, berasal dari kebudayaan sungai India,
mewakili dua kota peninggalan kuno yang paling penting dan paling awal dalam
peradaban sungai India, yang sekarang letaknya di kota Mohenjodaro, propinsi
Sindu Pakistan dan kota Harappa dipropinsi Punjabi. Penduduk kala itu adalah
penduduk bangsa Dravida.
Secara geografis, letak peradaban kuno ini di sebelah utara
berbatasan dengan pegunungan Himalaya. Sebelah barat berbatasan dengan
Pakistan. Di selatan, berbatasan dengan Samudera Hindia dan sebelah timur
berbatasan dengan Myanmar dan Bangladesh.
Tata Kota
Menurut penentuan karbon
14, keberadaan kedua kota ini seharusnya adalah antara tahun 2000 hingga 3000
sebelum masehi, lagi pula kota Harappa mengekskavasi perkakas batu 10 ribu
tahun lampau. Luasnya kurang lebih 25 km persegi.
Awal abad ke-20, arkeolog Inggris Marshell mengekskavasi kota kuno
Mohenjondaro dan Hara. Hasilnya tingkat kesibukan dan keramaian kedua kota
tersebut membuat Marshell terkejut. Ini adalah bekas ibukota dua negara merdeka
pada jaman peradaban sungai India antara tahun 2350-1750 sebelum masehi,
penelitian lebih lanjut menghasilkan perhitungan, dua kota masing-masing
terdapat sekitar 30 hingga 40 ribu penduduk, lebih banyak dibanding penduduk
kota London yang paling besar pada abad pertengahan.
Kota dibagi 2 bagian yaitu kota pemerintahan dan kota
administratif. Kota administratif adalah daerah pemukiman,
tempat tinggal yang padat dan jalan raya yang silang menyilang, kedua sisi
jalan banyak sekali toko serta pembuatan barang-barang tembikar. Kota
pemerintahan adalah wilayah istana kerajaan. Fondasi bangunan yang
luas membuat jarak terhadap penduduk, pagar tembok yang tinggi besar
disekeliling dan menara gedung mencerminkan kewibawaan Raja. Wilayah kota
dibagi atas beberapa bagian atau blok yang dilengkapi jalan yang ada aliran
airnya.
Sistem Pertanian dan
Pengairan
Daerah Lembah Sungai Indus merupakan daerah yang subur. Pertanian
menjadi mata pencaharian utama masyarakat India. Limpahan lumpur sungai Indus
telah memberikan kesuburan bagi tanah disekitarnya. Pada perkembangan selanjutnya,
masyarakat telah berhasil menyalurkan air yang mengalir dari Lembah Sungai
Indus sampai jauh ke daerah pedalaman.
Pembuatan saluran irigasi dan pembangunan daerah-daerah pertanian
menunjukkan bahwa masyarakat Lembah Sungai Indus telah memiliki peradaban yang
tinggi. Hasil-hasil pertanian yang utama adalah padi, gandum, gula/tebu, kapas,
teh, dan lain-lain.
Sanitasi (Kesehatan)
Masyarakat Mohenjodaro dan Harappa telah memperhatikan sanitasi
(kesehatan) lingkungannya. Teknik-teknik atau cara-cara pembangunan rumah yang
telah memperhatikan faktor-faktor kesehatan dan kebersihan lingkungan yaitu
rumah mereka sudah dilengkapi oleh jendela.
Kamar-kamar dilengkapi dengan jendela-jendela yang lebar dan
berhubungan langsung dengan udara bebas, sehingga pergantian udara cukup
lancar.
Teknologi
Masyarakat Lembah Sungai Indus sudah memiliki ilmu pengetahuan dan
teknologi, Kemampuan mereka dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan
budaya yang ditemukan, seperti bangunan Kota Mohenjodaro dan Harappa, berbagai
macam patung, perhiasan emas, perak, dan berbagai macam meterai dengan
lukisannya yang bermutu tinggi dan alat-alat peperangan seperti tombak, pedang,
dan anak panah, alat-alat rumah tangga, alat-alat pertanian, kain dari kapas,
serta bangunan-bangunan.
Demikian juga dengan barang-barang yang terbuat dari tanah liat
yang dibakar atau yang disebut terracota, teruma barang-barang peralatan rumah
tangga.
Perekonomian
Sistem perekonomian masyarakat lembah Sungai Indus sangat
bergantung pada pengolahan lahan pertanian di sekitar sungai. Di kawasan ini,
petani menanam padi, gandum, sayuran, buah-buahan, dan kapas. Selain itu mereka
juga beternak sapi, kerbau, domba, dan babi. Selain pertanian dan peternakan,
perdagangan juga merupakan aspek perekonomian penting bagi masyarakat lembah
Sungai Indus. Kelebihan hasil pertanian membuat mereka dapat melakukan
perdagangan dengan bangsa lain terutama dengan penduduk Mesopotamia. Barang
dagangan yang diperjual-belikan masyarakat lembah Sungai Indus adalah barang-barang
dari perunggu dan tembaga, bejana dari perak dan emas, serta perhiasan dari
kulit dan gading.
Pemerintahan
Raja-raja yang pernah
memerintah Kerajaan Maurya antara lain sebagai berikut :
- Candragupta Maurya
Setelah berhasil
menguasai Persia, pasukan Iskandar Zulkarnaen melanjutkan ekspansi dan
menduduki India pada tahun 327 SM melalui Celah Kaibar di Pegunungan Himalaya.
Pendudukan yang dilakukan oleh pasukan Iskandar Zulkarnaen hanya sampai di
daerah Punjab. Pada tahun 324 SM muncul gerakan di bawah Candragupta. Setelah
Iskandar Zulkarnaen meninggal tahun 322 SM, pasukannya berhasil diusir dari
daerah Punjab dan selanjutnya berdirilah Kerajaan Maurya dengan ibu kota di
Pattaliputra.
Candragupta
Maurya menjadi raja pertama Kerajaan Maurya. Pada masa pemerintahannya,
daerah kekuasaan Kerajaan Maurya diperluas ke arah timur, sehingga sebagian
besar daerah India bagian utara menjadi bagian dari kekuasaannya. Dalam waktu
singkat, wilayah Kerajaan Maurya sudah mencapai daerah yang sangat iuas, yaitu
daerah Kashmir di sebelah barat dan Lembah Sungai Gangga di sebelah timur.
2. Ashoka
Ashoka
memerintah.Kerajaan Maurya dari tahun 268-282 SM. Ashoka merupakan cucu dari
Candragupta Maurya. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Maurya mengalami masa
yang gemilang. Kalingga dan Dekkan berhasil dikuasainya. Namun, setelah ia
menyaksikan korban bencana perang yang maha dahsyat di Kalingga, timbul
penyesalan dan tidak lagi melakukan peperangan.
Mula-mula Ashoka beragama Hindu, tetapi kemudian
menjadi pengikut agama Buddha. Sejak saat itu Ashoka menjadikan agama Buddha
sebagai agama resmi negara. Setelah Ashoka meninggal, kerajaan terpecah-belah
menjadi kerajaan kecil. Peperangan sering terjadi dan baru pada abad ke-4 M
muncul seorang raja yang berhasil mempersatukan kerajaan yang terpecah belah
itu. Maka berdirilah Kerajaan Gupta dengan Candragupta I sebagai rajanya.
Kepercayaan
Sistem kepercayaan masyarakat Lembah Sungai Indus bersifat
politeisme atau memuja banyak dewa. Dewa-dewa tersebut misalnya dewa bertanduk
besar, dewa kesuburan dan kemakmuran (Dewi Ibu).
Masyarakat lembah Sungai Indus juga menyembah binatang-binatang
seperti buaya dan gajah serta menyembah pohon seperti pohon pipal (beringin).
Pemujaan tersebut dimaksudkan sebagai tanda terima kasih terhadap kehidupan
yang dinikmatinya, berupa kesejahteraan dan perdamaian.
Hilangnya Peradaban
Indus
Peradaban Sungai Indus runtuh akibat serbuan bangsa Arya tahun
1000 SM melalui celah Khyber. Sejarah bangsa Arya diperoleh dari kitab Rigveda.
Setelah berhasil mengalahkan bangsa Dravida di Lembah Sungai Indus dan
menguasai daerah yang subur, akhirnya mereka hidup menetap.
B. Peradaban di Lembah Sungai Gangga
Lokasi
Lembah sungai Gangga dengan anak sungainya Yamuna terletak antara
Pegunungan Himalaya dan Pegunungan Vindhya. Kedua sungai tersebut bermata air
di Pegunungan Himalaya dan mengalir di kota-kota besar seperti Delhi, Agra, dan
bermuara di wilayah Bangladesh ke teluk Banggala. Sungai Ganggabertemu dengan
Sungai Brahmaputra yang bermata air di Pegunungan Kwen Lun. Lembah Sungai
Gangga merupakan daerah yang subur.
Pendukung
Pendukung peradaban Lembah Sungai Gangga adalah bangsa Aria yang
termasuk bangsa Indo Jerman. Bangsa Aria memasuki wilayah India antara tahun
2000- 1500 SM melalui celah Pas Kaiber di Pegunungan Hindu Kush. Merka berkulit
putih, berbadan tinggi, dan berhidung mancung. Pencahariannya semula
berternak dan kehidupannya terus mengembara. Tetapi setelah berhasil
mengalahkan bangsa Dravisa di Lembah Sungai Indus dan menguasai daerah yang
subur, mereka akhirnya bercocok tanam dan hidup menetap. Selanjutnya, mereka
menduduki Lembah Sungai Gangga dan terus mengembangkan kebudayaannya.
Kebudayaan campuran antara kebudayaan bangsa Arya dengan bangsa Dravida dikenal
dengan sebutan kebudayaan Hindu.
Masyarakat
Bangsa Aria berusaha untuk tidak bercampur dengan bangsa Dravida
yang merupakan penduduk asli India. Mereka menyebut bangsa Dravida adalah
anasah artinya tidak berhidung atau berhidung pesek dan dasa artinya raksasa.
Untuk memelihara kemurnian keturunannya, diadakan sistem pelapisan (kasta) yang
dikatakannya bersumber pada ajaran agama. Bangsa Aria berhasil mengambil alih
kekuasaan politik, sosial dan ekonomi. Akan tetapi, dalam kebudayaan terjadi
percampuran (asimilasi) antara Aria dan Dravida. Percampuran budaya itu
melahirkan kebudayaan Weda. Kebudayaan inilah yang melahirkan agama dan
kebudayaan Hindu atau Hinduisme. Daerah perkembangan pertamanya di lembah
Sungai Gangga yang kemudian disebut Aryawarta (negeri orang Aria) atau
Hindustan (tanah milik orang Hindu).
Untuk mempertahankan kekuasaannya di tengah kehidupan masyarakat,
bangsa Arya berusaha menjaga kemurnian ras. Artinya, mereka melarang perkawinan
campur dengan bangsa Dravida. Untuk itulah, bangsa Arya menciptakan sistem
kasta dalam kemasyarakatan.
Sistem kasta didasarkan pada kedudukan, hak dan kewajiban
seseorang dalam masyarakat. Pembagian golongan atau tingkatan dalam masyarakat
Hindu terdiri dari empat kasta atau caturwarna, yakni :
- Brahmana (pendeta), bertugas
dalam kehidupan keagamaan;
- Ksatria (raja, bangsawan dan
prajurit), berkewajiban menjalankan pemerintahan termasuk mempertahankan
negara,
- Waisya (pedagang, petani, dan
peternak), dan
- Sudra (pekerja-pekerja kasar
dan budak).
Kasta Brahmana, Kastria, Waisya terdiri dari orang-orang Aria.
Kasta Sudra terdiri dari orang-orang Dravida. Selain keempat kasta di atas, ada
lagi kasta Paria/Candala atau Panchama. Panchama yang berarti “kaum terbuang”.
Kasta ini dipandang hina, karena melakukan pekerjaan kotor, orang jahat dan
tidak boleh disentuh, lebih-lebih bagi kaum Brahmana.
Pemerintahan
Perkembangan sistem pemerintahan di Lembah Sungai Gangga merupakan
kelanjutan sistem pemerintahan masyarakat di daerah Lembah Sungai Indus.
Runtuhnya Kerajaan Maurya menjadikan keadaan kerajaan menjadi kacau dikarenakan
peperangan antara kerajaan-kerajaan kecil yang ingin berkuasa. Keadaan yang
kacau, mulai aman kembali setelah munculnya kerajaan-kerajaan baru.
Kerajaan-kerajaan tersebut di antaranya Kerajaan Gupta dan Kerajaan Harsha.
- Kerajaan Gupta
Pendiri Kerajaan Gupta
adalah Raja Candragupta I dengan pusatnya di Lembah Sungai Gangga. Pada masa
pemerintahan Raja Candragupta I, agama Hindu dijadikan agama negara, namun
agama Buddha masih tetap dapat berkembang.
Masa kejayaan Kerajaan
Gupta terjadi pada masa pemerintahan Samudragupta (Cucu Candragupta 1). Pada
masa pemerintahannya Lembah Sungai Gangga dan Lembah Sungai Indus berhasil
dikuasainya dan Kota Ayodhia ditetapkan sebagai ibukota kerajaan.
Pengganti Raja Samudragupta
adalah Candragupta II, yang dikenal sebagai Wikramaditiya. Ia juga bergama
Hindu, namun tidak memandang rendah dan mempersulit perkembangan agama Budha.
Bahkan pada masa pemerintahannya berdiri perguruan tinggi agama Buddha di
Nalanda.
Di bawah pemerintahan
Candragupta II kehidupan rakyat semakin makmur dan sejahtera.. Kesusastraan
mengalami masa gemilang. Pujangga yang terkenal pada masa ini adalah pujangga
Kalidasa dengan karangannya berjudul “Syakuntala”. Perkembangan seni patung
mencapai kemajuan yang juga pesat. Hal ini terlihat dari pahatan-pahatan dan
patung-patung terkenal menghiasi kuil-kuil di Syanta.
Dalam-perkembangannya
Kerajaan Gupta mengalami kemunduran setelah meninggalnya Raja Candragupta II.
India mengalami masa kegelapan selama kurang lebih dua abad.
2. Kerajaan Harsha
Setelah mengalami masa
kegelapan, baru pada abad ke-7 M muncul Kerajaan Harsha dengan rajanya
Harshawardana. Ibu kota Kerajaan Harsha adalah Kanay. Harshawardana merupakan
seorang pujangga besar. Pada masa pemerintahannya kesusastraan dan pendidikan
berkembang dan pesat. Salah satu pujangga yang terkenal pada masa kerajaan
Harshawardana adalah pujangga Bana dengan karyanya berjudul “Harshacarita”.
Raja Harsha pada awalnya memeluk agama Hindu,
tetapi kemudian memeluk agama Buddha. Di tepi Sungai Gangga banyak dibangun
wihara dan stupa, serta dibangun tempattempat penginapan dan fasilitas
kesehatan. Candi-candi yang rusak diperbaiki dan membangun candi-candi baru.
Setelah masa pemerintahan Raja Harshawardana hingga abad ke-1 1 M tidak pernah
diketahui adanya raja-raja yang pernah berkuasa di Harsha.
Kebudayaan
Di Lembah Sungai Gangga inilah kebudayaan Hindu berkembang, baik
di wilayah India maupun di luar India. Masyarakat Hindu memuja banyak dewa
(Politeisme). Dewa-dewa tersebut, antara lain, Dewa Bayu (Dewa Angin), Dewa
Baruna (Dewa Laut), Dewa Agni (Dewa Api), dan lain sebagainya. Dalam agama
Hindu dikenal dengan sistem kasta, yaitu pembagian kelas sosial berdasarkan
warna dan kewajiban sosial. Dalam perkembangan selanjutnya, sistem kasta inilah
yang menyebabkan munculnya agama Buddha. Hal ini dipelopori oleh Sidharta
Gautama.
Agama Buddha mulai menyebar ke masyarakat India setelah Sidharta
Gautama mencapai tahap menjadi Sang Buddha. Agama Buddha terbagi menjadi dua aliran,
yaitu Buddha Mahayana dan Buddha Hinayana. Peradaban Sungai Gangga meninggalkan
beberapa bentuk kebudayaan yang tinggi seperti kesusastraan, seni pahat, dan
seni patung. Peradaban dari lembah sungai ini kemudian menyebar ke
daerah-daerah lain di Asia termasuk di Indonesia.
Agama Hindu
Agama dan kebudayaan Hindu lahir pertama kali di India sekitar
tahun 1500 SM. Agama dan kebudayaan Hindu ini mengalami pertumbuhan pada zaman
Weda. Kebudayaan Hindu merupakan perpaduan antara kebudayaan bangsa Aria dari
Asia Tengah yang telah memasuki India dengan kebudayaan bangsa asli India
(Dravida). Hasil percampuran itulah yang disebut agama Hindu atau Hinduisme.
Daerah perkembangan pertamanya di lembah Sungai Gangga yang disebut Aryawarta
(negeri orang Aria) dan Hindustan (tanah milik orang Hindu). Sejak
berkembangnya kebudayaan Hindu di India maka lahir agama Hindu. Dari India,
agama Hindu menyebar ke seluruh dunia dan banyak memengaruhi
kebudayaan-kebudayaan di dunia, termasuk Indonesia.
Menurut pendapat para ahli sejarah, berdasarkan temuan berbagai
peninggalan sejarah, diyakini bahwa bekas kota Mahenjo-Daro (Larkana) dan
Harappa (Punjab) di lembah Sungai Indus merupakan tempat timbul dan
berkembangnya agama Hindu.
Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Arya
(Indo-Jerman) ke India kira-kira tahun 1500 SM. Mereka datang melewati celah
Kaiber. Celah tersebut terletak di pegunungan Hindu Kush, sebelah barat laut
India. Itulah sebabnya celah Kaiber terkenal dengan sebutan “Pintu Gerbang
India”. Kemudian bangsa Arya mendesak bangsa Dravida dan Munda yang telah
mendiami daerah tersebut.
Akhirnya bangsa Arya berhasil menempati daerah celah Kaiber yang
sangat subur. Bangsa Dravida mendiami Dataran Tinggi Dekan (India Selatan).
Bangsa Munda mendiami daerah-daerah pegunungan. Pemeluk agama Hindu mengenal
tiga dewa tertinggi yang disebut Trimurti, yakni Brahma (dewa pencipta), Wisnu
(dewa pelindung), dan Syiwa (dewa perusak). Dewa-dewi lainnya antara lain :
Agni (dewa api), Bayu (dewa angin), Surya (dewa matahari), Candra (dewa bulan),
Indra (dewa perang), Saraswati (dewi pengetahuan dan seni), Lakshmi (dewi
keberuntungan), dan Ganesha (dewa pengetahuan dan penolong).
Sumber ajaran Hindu adalah kitab Weda, yang bermakna pengetahuan
Hindu. Kitab-kitab penganut Hindu:
1.
Kitab Weda
Terdiri dari 4 Samhita atau himpunan, yaitu:
·
Reg Weda (merupakan
kitab yang tertua), berisi puji-pujian kepada dewa
·
Sama Weda, berisi
nyanyian-nyanyian suci yang merupakan pujian pada waktu melaksanakan upacara
·
Yajur Weda, berisi
doa-doa yang diucapkan pada waktu upacara sesaji.
·
Atharwa Weda, berisikan
doa-doa bagi penyembuhan penyakit dan nyanyian sakti kaum brahmana.
2.
Kitab Brahmana
Berisi penjelasan kitab Weda, yang disusun oleh para pendeta.
3.
Kitab Upanishad
Berisi petunjuk-petunjuk, agar orang dapat
melepaskan diri dari samsara, dan dapat mencapai moksa (kebahagiaan abadi).
4.
Kitab yang berisikan
cerita kepahlawanan:
·
Mahabharata, karya
Wiyasa berisikan cerita peperangan antara Pandawa melawan Kurawa. Keduanya
masih keluarga seketurunan, yang memperebutkan tahta kerajaan Astina. Perebutan
akhirnya dimenangkan oleh Pandawa.
·
Ramayana, karya Walmiki
menceritakan peperangan antara Rama dengan Rahwana. Peperangan ini akhirnya
dimenangkan oleh Rama. Cerita Ramayana melambangkan kejujuran (dilambangkan
Rama) melawan keangkaramurkaan (dilambangkan Rahwana).
Inti ajaran agama Hindu didasarkan pada karma, reinkarnasi dan
moksa. Karma adalah perbutan baik buruk dari manusia ketika di dunia yang
menentukan kehidupan berikutnya. Reinkarnasi ialah penjilmaan kembali kehidupan
manusia sesuai dengan karmanya. Bila seseorang berbuat baik akan lahir kembali
ke tingkat yang lebih tinggi; sebaliknya jika berbuat buruk mengakibatkan
reinkarnasi ke tingkat yang lebih rendah, misalnya lahir sebagai hewan. Keadaan
hidup-mati kembali merupakan persitiwa hidup yang menderita (samsara). Moksa
ialah tingkat hidup tertinggi yang terlepas dari ikatan keduniawian atau
terbebas dari reinkarnasi.
Agama Hindu mengenal pembagian masyarakat atas kasta-kasta, yaitu
Brahmana, terdiri dari golongan pendeta, bertugas mengurus soal kehidupan
keagamaan; Ksatria, terdiri dari golongan bangsawan dan prajurit, berkewajiban
menjalankan pemerintahan termasuk mempertahankan negara; Waisya, bertugas untuk
berdagang, bertani, dan beternak; Sudra, bertugas untuk melakukan
pekerjaan-pekerjaan kasar, seperti budak dan pelayan. Adanya sistem kasta
(caturwarna) tersebut pada dasarnya merupakan pembagian tugas dan kelas dalam
masyarakat Hindu yang didasarkan atas keturunan. Perkawinan antar kasta dilarang,
terhadap yang melanggar dikeluarkan dari kasta (out cast) dan masuk dalam
golongan atau kasta Paria.
Bangsa Aria berhasil mengambil alih kekuasaan politik, sosial dan
ekonomi. Akan tetapi, dalam kebudayaan terjadi percampuran (asimilasi) antara
Aria dan Dravida. Percampuran budaya itu melahirkan kebudayaan Weda. Kebudayaan
inilah yang melahirkan agama dan kebudayaan Hindu atau Hinduisme. Daerah
perkembangan pertamanya di lembah Sungai Gangga yang kemudian disebut Aryawarta
(negeri orang Aria) atau Hindustan (tanah milik orang Hindu).
C.Pengaruh Perkembangan Kebudayaan India Di Indonesia
Pengaruh Tersebut Antara
Lain Terlihat Dalam Bidang :
1. Bidang kepercayaan
atau agama
Sebelum budaya India masuk, di Indonesia telah berkembang
kepercayaan yang berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu
bersifat Animisme dan Dinamisme. Animisme merupakan satu kepercayaan terhadap
roh atau jiwa sedangkan Dinamisme merupakan satu kepercayaan bahwa setiap benda
memiliki kekuatan gaib.
Dengan masuknya kebudayaan India, penduduk Nusantara secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan Buddha, diawali oleh lapisan elite para raja dan keluarganya. Agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan Animisme dan Dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu.
Untuk itu agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu -Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.
Dengan masuknya kebudayaan India, penduduk Nusantara secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan Buddha, diawali oleh lapisan elite para raja dan keluarganya. Agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan Animisme dan Dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu.
Untuk itu agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu -Budha yang dianut oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.
2. Bahasa
Wujud
akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa
Sansekerta yang dapat temukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta
memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. Dan istilah-istilah penting yang
menggunakan bahasa Sansekerta.
3. Bidang Politik
Pertama
kali Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh orang-orang India. Dalam
sistem ini kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan
wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas tampuk
kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan, seperti Kutai,
Tarumanegara, dan Sriwijaya. Menurut sejarah yang ditemukan bahwasannya India
adalah salah satu membawa misi penyebaran agama sekaligus memberi wawasan
dengan sistem pemerintah kerajaan. Hal itu terbukti dalam terbentuknya kerajaan
Hindu dan Budha. Penduduk asli Indonesia telah mengembangkan sejumlah pranata
sosial semisal “Negara.” Entitas Negara ini diantaranya dibuktikan dengan
adanya prasasti Muara Kaman yang menunjukkan kerajaan Kutai dengan rajanya
Kudungga. Orang-orang Indonesia ini kemudian melakukan kontak dengan para
pedagang dari India. Selain di Kutai, juga berdiri kerajaan-kerajaan di Jawa
Barat tepatnya di tepi sungai Cisadane Bogor. Kerajaan-kerajaan tersebut sudah
hidup makmur lewat kontak dagangnya dengan India Selatan. Raja-rajanya kemudian
mengadaptasi konsep-konsep Hindu ke dalam struktur kerajaannya. Mereka
mengundang para Brahmana India Selatan dari aliran Wisnu atau Brahma. Para
pendeta tersebut memberi konsultasi dan nasehat mengenai struktur dan
upacara-upacara keagamaan, termasuk pula bentuk Negara, organisasi Negara, dan
upacara-ucapara kenegaraan menurut sistem yang berlaku di India Selatan.
Ke-“jenius-lokal”-an orang-orang Indonesia ini ditunjukkan dengan kemampuan
mereka mengadaptasi pola-pola sosial dan politik India ke dalam hidup kerajaan
mereka.
4. Bidang Sosial
Dalam
bidang sosial terjadi perubahan-perubahan dalam tata kehidupan sosial masyarakat.
Perubahan itu terjadi sebagai akibat diperkenalkannya sistem kasta dalam
masyarakat. Kasta-kasta itu diantaranya kasta brahmana, kasta ksatria, kasta
waisya kasta sudra.
5. Sistem pengetahuan
Wujud
akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu
berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut
perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka
dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654,
maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M.
6. Teknologi
Salah
satu wujud akulturasi dari teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni
bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan
candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India,
karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi pembuatannya melalui
dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab
pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan.
Contoh candi Borobudur salah satu dari 7 keajaiban dunia dan merupakan salah
satu peninggalan kerajaan Mataram. Itu membuktikan masyarakat telah memiliki
pengetahuan dan teknologi yang tinggi.
7. Kesenian
Wujud
akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra, seni
bangunan dan seni pertunjukan.
a. Seni rupa dan seni ukir
Unsur
seni rupa India telah masuk ke Indonesia dibuktikan dengan ditemukannya
relief-relief cerita sang Budha pada candi Borobudur atau seni ukir yang dipahatkan
pada bagian dinding candi. Dan sekarang relief-relief tersebut dijadikan hiasan
pada bangunan, seperti yang terdapat pada pustaka wilayah yang terdapat di
provinsi Riau.
b. Seni sastra
Bahasa
sanskerta yang berasal dari India juga membawa pengaruh besar terhadap
perkembangan sastra di Indonesia, seperti prasasti yang ditulis dengan huruf
pallawa dan bahasa sanskerta. Tidak hanya itu kitab-kitab yang dibuat pada
zaman tersebut juga memiliki nilai sastra yang tinggi.Seni sastra berbentuk
prosa dan tembang (puisi). Tembang jawa kuno umumnya disebut kakawin. Irama
kakawin didasarkan pada irama dari India.Berdasarkan isinya, kesusastraan
tersebut terdiri atas kitab keagamaan (tutur/pitutur), kitab hukum, kitab
wiracarita (kepahlawanan) serta kitab cerita lainnya yang bertutur mengenai masalah
keagamaan atau kesusilaan serta uraian sejarah,seperti Negarakertagama.
c. Seni bangunan
Yang
menjadi bukti berkembangnya budaya India di Indonesia adalah bangunan candi.
Dasar bangunan candi merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia pada zaman
megalitikum yang berupa punden berundak-undak kemudian mendapat pengaruh dari
kebudayaan India sehingga menjadi wujud sebuah candi.
d. Seni Pertunjukkan
Wayang
Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia dan
pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh masyarakat Jawa.
Wujud akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan
lakon cerita dari kisah Ramayana maupun Mahabarata yang berasal dari budaya
India.
8. Bidang Ekonomi
Pengaruh
India masuk ke Indonesia dalam bidang ekonomi tidak terlalu banyak. Hal itu
dikarenakan misi utama mereka masuk ke Indonesia bukan untuk berdagang, tapi
untuk menyebarkan agama Hindu. Tapi karena India mempunyai semangat etos yang
tinggi dalam mencari uang jadi masyarakat sekitar mulai untuk mencontoh india
dalam bidang ekonomi. Dan mereka dalam berdagang juga sangat luwes, jadi
kebanyakan masyarakat indonesia meniru dari keluesan mereka dalam berdagang.
Bardzo ciekawie napisane. Gratuluję i pozdrawiam serdecznie !!!
BalasHapusDziękuję Ci
Hapus